Translate

SEKILAS INFO

MENGANALISA SURAH AL MAUN DAN QURAIS

Assalamu'alaikum .
Hey kawan  OBB, Untuk Pelajaran School Full Day Hari ini Tanggal 09 Pebruari 2017 yaitu di minggu kedua ini akan menganalisa Surah Al Maun, Surah Quraiys dan Mempelajari ilmu tajwid tentang Hukum Mim Sukun. Mari kita Simak bersama.



HUKUM MIM SUKUN

Mim sukun , yaitu mim yang tidak berharokat. Apabila ada huruf mim sukun bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah di bagi menjadi 3 macam yaitu :
1.      Ikhfa’ Syafawi
Ikhfa’ Syafawi menurut bahasa berarti menyembunyikan. Menurut Istilah Tajwid adalah melafalkan huruf yang sifatnya antara idhar dan idghom (tanpa tasydid) disertai dengan mendengung. Huruf ikhfa syafawi hurufnya hanya ada satu yaitu Ba’
 
2.      Idghom Mutamatsilain
Idghom Mutamatsilain menurut bahasa yaitu memasukkan. Menurut istilah ilmu tajwid ialah memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharokat sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid. Hurufnya ada satu juga yaitu Mim.

3.      Idhar Syafawi
Idhar Syafawi  menurut bahasa berarti memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah tajwid adalah melafalkan huruf-huruf  idhar dan mahrojnya tanpa mendengung. Hurufnya ada 26 , yaitu semua huruf hijaiyah selain mim dan  ba’.
         Contohnya bisa di lihat di surah Al Maun dan Surah Quraisy


MENGANALISA  SURAH AL MAUN
|

1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Mengenai kata “ينالد” (ad diin) dalam ayat di atas, ada empat pendapat: (1) hukum Allah, (2) hari perhitungan, (3) hari pembalasan dan (4) Al Qur’an. Demikian kata Ibnul Jauzi dalam kitab tafsirnya, Zaadul Masiir (9: 244).
Jadi ayat tersebut bisa bermakna orang yang mendustakan hukum Allah, hari perhitungan, hari pembalasan atau mendustakan Al Qur’an.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan ad diin adalah hari pembalasan, sehingga jika diartikan: “Tahukah kamu orang yang mendustakan hari pembalasan?”
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. Dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
Dalam dua ayat di atas digabungkan dua hal:
Tidak punya kasih sayang pada anak yatim. Padahal mereka itu orang yang patut dikasihi. Perlu diketahui, yatim adalah yang ditinggal mati orang tuanya sebelum ia baligh (dewasa). Dialah yang patut dikasihi karena mereka tidak lagi memiliki orang tua yang mengasihinya. Akan tetapi yang disebutkan dalam ayat ini adalah orang yang menghardik anak yatim. Yaitu ketika yatim tersebut datang, mereka menolaknya dengan sekeras-kerasnya atau meremehkannya.
Tidak mendorong untuk mengasihi yang lain, di antaranya fakir miskin. Padahal fakir dan miskin sangat butuh pada makanan. Orang yang disebutkan dalam ayat ini tidak mendorong untuk memberikan makan pada orang miskin karena hatinya memang telah keras. Jadi intinya, orang yang disebutkan dalam dua ayat di atas, hatinya benar-benar keras.
Kata Ibnu ‘Abbas, yang dimaksud di sini adalah orang-orang munafik yaitu yang mereka shalat di kala ada banyak orang, namun enggan shalat ketika sendirian. (Shahih Tafsir Ibnu Katsir, 4: 691)
Dalam ayat disebutkan “لِلْمُصَلِّينَ”, bagi orang-orang yang shalat, yaitu mereka yang biasa shalat dan konsekuen dengannya, lalu mereka lalai. Yang dimaksud lalai dari shalat bisa mencakup beberapa pengertian:
Lalai dari mengerjakan shalat.
Lalai dari pengerjaannya dari waktu yang ditetapkan oleh syari’at, malah mengerjakannya di luar waktu yang ditetapkan.
Bisa juga makna lalai dari shalat adalah mengerjakannya selalu di akhir waktu selamanya atau umumnya.
Ada pula yang memaknakan lalai dari shalat adalah tidak memenuhi rukun dan syarat shalat sebagaimana yang diperintahkan.
Lalai dari shalat bisa bermakna tidak khusyu’ dan tidak merenungkan yang dibaca dalam shalat.
Lalai dari shalat mencakup semua pengertian di atas. Setiap orang yang memiliki sifat demikian, maka dialah yang disebut lalai dari shalat. Jika ia memiliki seluruh sifat tersebut, maka semakin sempurnalah kecelakaan untuknya dan semakin sempurna nifak ‘amali padanya.

6. Orang-orang yang berbuat riya[1603],
Riya’ adalah ingin amalannya nampak di hadapan orang lain, ibadahnya tidak ikhlas karena Allah, istilahnya ingin ‘cari muka’.
Berkaitan dengan ayat di atas, Ibnu Katsir mengatakan, “Barangsiapa yang –awalnya- melakukan amalanlillah (ikhlas karena Allah), kemudian amalan tersebut nampak di hadapan manusia lalu ia pun takjub, maka seperti itu tidak dianggap riya’.”
Di antara tanda orang yang riya’ dalam shalatnya adalah:
Seringnya mengakhirkan waktu shalat tanpa ada udzur
Melaksanakan ibadah dengan malas-malasan.
7. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna.
Jika lihat dari terjemahan Al Qur’an, al maa’uun diterjemahkan dengan orang yang enggan menolong dengan barang berguna. Namun memang, para ulama tafsir berbeda pendapat dalam mendefinisikan al maa’uun. Sebagian berkata bahwa al maa’uun bermakna orang yang enggan bayar zakat. Yang lain lagi mengatakan bahwa maksud al maa’uun adalah orang yang enggan taat. Yang lainnya lagi berkata sebagaimana yang kami maksudkan yaitu “يمنعون العارية”, mereka yang enggan meminjamkan barang kepada orang lain (di saat saudaranya butuh). Tafsiran terakhir ini sebagaimana yang dikatakan oleh ‘Ali bin Abi Tholib, yaitu jika ada yang ingin meminjam timba, periuk atau kampaknya, maka ia enggan meminjamkannya.
Intinya, seluruh tafsiran di atas tepat. Semuanya kembali pada satu makna, yaitu al maa’uun adalah enggan menolong orang lain dengan harta atau sesuatu yang bermanfaat.

Surat Al Maa’uun adalah di antara surat Makkiyah (yang turun sebelum hijrah) atau surat Madaniyah (yang turun setelah hijrah). Surat ini berisi penjelasan mengenai orang-orang yang mendapat ancaman karena mendustakan hari pembalasan. Sifat mereka adalah tidak menyayangi anak yatim dan orang miskin, juga lalai dari shalat dan riya’ di dalamnya. Mereka pun enggan menolong orang lain dengan harta atau pun suatu manfaat.



Sumber By : http://wirdarahmanipkn.blogspot.co.id/2015/05/isi-kandungan-surat-al-maun.html












MENGANALISA SURAH  QURAISY


1. Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
Ayat 1 : menjelaskan akan kebiasaan suku Quraisy. Zaman dahulu mata pencaharian pada umumnya berdagang. Kota makkah sendiri berada diantara dua Negara yang menjadi pusat perdagangan, yaitu Syam (disebelah utara) dan Yaman (sebelah selatan). Negeri Syam (sekarang syuriah) merupakan pintu perniagaan yang menuju kearah laut tengah dan negeri-negeri sebelah barat Yaman membuka jalan dagang kenegeri-negeri sebelah timur sampai ke Hindia dan tiongkok. Penyebaran Islam di Indonesia melalui perdagangan dari Arab dan Mesir.

2. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas[1602].
Ayat 2 menjelaskan perjalan dagang yang dilakuakan suku Quraisy. Pada musim dingin, suku quraisy biasa melakuan perjalanan kenegeri Yaman. Pada musim panas, mereka pergi ke Syam (Suriah), jalur perdagangan musim dingin, yakni Mekkah – Taif – Asir – Sari’adalah (Yaman). Jalur musim panas terdiri dari 2 jalur yakni Mekkah – Madinah – Damaskus; Mekah – humain – Badar – ma’an (Syirqil Urdun).nabi Muhammad pada umur 12 tahun sudah ikut berdagang ke Syam. Hal itu menunjukan bagaimana kuatnya jiwa berdagang suku Quraisy. Suku Quraisy memperoleh rejeki dari Allah AWT. Guna mencukupi kebutuhan hidup.
3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah).
Ayat 3 mengingatkan suku Quraisy, umat Islam pada umumnya agar selalu bersyukur atas rejeki yang diberikannya. Mereka diperintahkan untuk beribadah kepada tuhan (pemilik) Ka’bah.
4. Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.
Ayat 4 menjelaskan wujud kasih saying-Nya kepada paa hambanya. Manusia diperintahkan menyembah (taat) kepada-Nya. 2 alasan pertama : Allah AWT telah menjadikan Ka'ba sebagai kiblat peribadatan umat Islam dan setiap tahun dikunjungi orang beribadah haji. Kedua : mereka telah diberikan rasa aman dari kecemasan, baik kecemasan dari hidup melarat maupun dari gangguan sesame manusia.
Penutup
Surat Al-Quraisy menerangkan penghidupan orang Quraisy serta kewajiban yang seharusnya mereka penuhi.

Pokok-pokok Kandungan Surat Al-Quraisy.

Peringatan kepada orang Quraisy tentang nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada mereka karena itu mereka diperintahkan untuk menyembah Allah.


Surat Al-Quraisy dan Kandungannya

Kemakmuran dan ketentraman seharusnya menjadikan orang berbakti kepada Allah. Kebiasaan orang Quraisy yaitu:
1) Kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
Penjelasan :  Orang Quraisy bias mengadakan perjalanan terutama untuk berdagang ke negeri Yaman pada musim dingin. Dalam perjalanan itu mereka mendapat jaminan keamanan dari pengusaha-pengusaha dari negeri yang dilaluinya. Ini adalah suatu nikmat yang amat besar dari Tuhan kepada mereka, oleh karena itu sewajarnya mereka menyembah Allah yang telah memberikan nikmat itu kepada mereka.
2) Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (ka'bah)
3) Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.
Penjelasan:  Dalam surat Al Quraisy, Allah menyatakan bahwa dia membearkan manusia dari kelaparan.
Dalam surat Al Quraisy Allah memerintahkan menyembahnya (Allah).


Sumber  By : http://artikelkuislami.blogspot.co.id/2011/11/surat-al-quraisy-dan-kandungannya.html




Postingan Populer

CARA PAKAI WANWAN

Wikipedia

Search results

Search This Blog

MENGANALISA SURAH AL MAUN DAN QURAIS